Jumat, 17 Februari 2012

SUFI GAUL




Di sebuah perusahaan farmasi, seorang brand manager bernama Helmi rajin mengajak teman-temannya berdiskusi tentang agama. Buku-buku dan print-out hasil browsingtentang masalah tauhid menumpuk di meja kerjanya. Sehingga tidak jelas lagi, sebenarnya ia tengah bekerja atau memanfaatkan ruang kerja untuk mengaji?
Padahal, ia tidak sedang diparkir atau masuk kotak. Kesibukannya juga sangat banyak. Maklum, ia merupakan manejer untuk memasarkan produk-produk farmasi ethical dan OTC. Ethical merupakan jenis obat yang diresepkan, sedangkan OTC merupakan jenis obat yang dijual bebas. Tapi, ia tetap saja meluangkan banyak waktu dan memfaatkan kesempatan sebisa-bisanya, untuk melengkapai wawasan agama. Dan, sedapat mungkin berwasiat juga tentang kebenaran dan kesabaran kepada karyawan lain.

“Sampeyan itu sudah seperti sufi,” kata saya suatu ketika.

Ia tersenyum saraya mengernyitkan dahinya. “Kalau menurut sampeyan, sufi itu apa?”
Sejenak saya tertegun. Satu sisi saya merasa bersalah lantaran tiba-tiba memberikan predikat baru buatnya – meski positif. Di sisi lain, saya jadi merasa diuji, kok bisa-bisanya memberikan julukan itu buatnya. Jangan-jangan ada perbedaan pemahaman di antara kami soal sufisme. Namun, karena terlanjur membuka masalah maka saya harus bertanggung jawab untuk menuntaskannya. Ya, memulainya dengan mengumbar definisi atau pemahaman tentang masalah itu.
“Sufi itu sendiri sekedar istilah untuk menggambarkan perjalanan seseorang dalam menyucikan akhlak dan tingkatan spiritualnya. Mengamalkan secara istiqomah ajaran tasawuf atau ajaran penyucian akhlak. Yakni, dengan menjalankan prilaku dan sikap terpuji, tidak menyakiti orang, dan senang berbuat kebajikan.
Dari segi ibadah, orang semacam itu melakukan seluruh amaliyah di atas rata-rata. Melaksanakan shalat fardhu dan shalat sunnah secara kontinyu dan tepat waktu. Shalat sunnah pun dianggap seperti shalat fardhu. Termasuk juga zikir-zikirnya. Meningkatnya amaliah nawafil atau tambahan, maksudnya,” saya mulai berteori bak Jalaluddin Rakhmat. Ah, biar. Siapa tahu Helmi bisa melengkapinya dan memberikan tambahan gizi buat otak saya.
Saya harus menempatkan Helmi ke predikat seperti itu, sejujurnya, dalam konteks membandingkannya dengan kaum muslim kebanyakan, yang lebih asyik berdiskusi dan berdebat ketimbang mengamalkan pemahamannya. Banyak orang yang merasa pintar tasawuf, berdiskusi di sana-sini, dan bergaya seperti sufi. Padahal, maaf, cuma akting. Ya, pseudosufisme, atau sufi-sufian. Di saat bersamaan, kita juga digempur informasi yang jelas tentang berbagai masalah spiritual dari berbagai media. Kalau tidak pintar membedah dan memilah, kita justru tengah dijerumuskan ke lembah kebingungan. Karena, betapa banyak media massa yang berani mengumbar topik-topik spiritual tanpa didukung orang-orang yang mumpuni. Dalam pengertian, mereka hanyalah orang-orang yang memiliki sedikit data, tapi tidak pernah terlibat secara penuh dengan ajaran tasawuf.
Adakah korelasinya seseorang yang tengah ditugaskan menginformasikan suatu masalah dengan keterlibatannya dalam masalah itu secara total? Banget! Betapa banyak sebuah topik diulas dan disebarkan secara luas, tapi terasa hambar dinikmati. Penyebabnya, karena penggarapnya hanya mengenal kulit alias permukaan. Akhirnya, kesalahan demi kesalahan yang terus berhamburan ke hadapan kita. Termasuk, hal-hal yang berkaitan dengan spiritual.
“Apa pendapat sampeyan tentang kelompok tarekat?” tanya Helmi kemudian. Ia sepertinya terpuaskan dengan jawaban singkat saya tentang sufisme, sehingga mencoba masuk ke topik yang lebih dalam.
“Pada kenyataannya, praktik para sufi memang identik dengan peleburan diri dalam kelompok tarekat tertentu. Karena sang salik (penempuh jalan kesucian) memang membutuhkan arah atas kendaraan yang ditumpanginya. Jika ibaratnya agama atau ajaran syariat merupakan kendaraan, maka tarekat merupakan jalan yang harus dilewati untuk mencapai tujuannya. Yakni, berdekatan secara intim dengan Yang Mahapencipta. Konsekwensi dari keterlibatannya itu, maka mereka pun dituntut untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah seperti yang diterapkan dalam kelompok tarekat yang diikutinya.
Bila di hari-hari kemarin, mereka harus patuh dan taat untuk menjalankan shalat fardhu dan shalat sunnah, maka setelah masuk kelompok tarekat, mereka akan diperkenalkan dengan shalat yang dilakukan secara terus menerus atau shalat daim. Sepanjang waktu. Selagi mata kita terbuka. Sebuah kelompok tarekat terkemuka di tanah air kita menyebutbnya zikir khofi. Zikir dalam hati. Maknanya, merupakan upaya untuk terus mengingat adaNya dan kuasaNya. Atau, eling dalam filosofi Jawa.
Orang-orang yang tergabung dalam kelompok tarekat sama artinya dengan menceburkan diri dalam penyucian hati secara total. Mereka juga akan terus meniti perjalanan ibadahnya secara maksimal. Sehingga, mereka bisa mencapai tujuan sebagai manusia yang sempurna. Insan kamil. Dengan shalat daim sama artinya dengan shalat sepanjang waktu. Sepanjang detik hanya menyebut namaNya. Penyerahan diri secara kaffah. Total. Dengan begitu, mereka pun harus benar-benar menjaga prilaku dan sikapnya, karena mereka merasa terus diawasi oleh Yang Mahamengawasi.
Dengan kata lain, mereka mencoba untuk berma’rifat. Mereka itulah yang mencoba merasakan atmosfir shalatnya orang mu’min adalah ma’rifat. Dari segi syariat, ada ulama yang berpendapat, dengan seseorang merasa sebagai sufi, maka pelaksanaan ibadah syariatnya jadi lebih hebat. Secara kualitas maupun kuantitas. Ilmu Tasawuf bukanlah sekedar ilmu pengetahuan. Ilmu Tasawuf bukan sekedar pelajaran tauhid. Ilmu Tasawuf juga bukan hanya teori soal proses penyucian akhlak dan totalitas ibadah. Tapi, di dalamnya memang terdapat proses panjang, untuk menapaki maqom-maqom spiritual. Stasiun-stasiun pencapaian spiritual.
Ada ulama yang berpendapat, tasawuf dibagi dua; yang amaliah dan filsafat. Tasawuf Amaliah menekankan pada totalitas penyucian akhlak serta kualitas dan kuantitas ibadah. Ya, dengan menjalankan amaliyah nawafil seperti yang diperlihatkan oleh Baginda Rasulallah Muhammad saw. Kelompok ini menyandarkan pada pemurnian ajaran Al-Qur’an dan hadits, dan tidak membaurkan dengan pengaruh lokal atau budaya setempat.
Sebaliknya dengan Tasawuf Filsafat, yang lebih menekankan pada totalitas penyucian akhlak, tapi tidak mengharuskan pengikutnya menjalankan praktik syariat. Bukan berarti mereka tidak melaksanakan shalat. Karena, sesungguhnya mereka menjalankan apa yang disebut shalat daim, tanpa berhenti sedikit pun. Sedangkan shalat fardhu atau shalat sunnah tidak perlu dilakukan lagi,” saya makin bersemangat bercerita. Helmi menyimaknya penuh perhatian. Tiba-tiba, saya jadi merasa dibutuhkan. Sehingga, saya pun jadi makin bernafsu untuk mengumbar pemahaman saya tentang masalah ini.
Helmi dengan kesibukan berburu pengetahuan agama (di sela-sela kesibukannya di kantor), bisa jadi, tak berbeda jauh dengan saudara-saudara kita, yang telah tercerahkan dan makin haus dengan wawasan ketauhidan dan ma’rifat. Perbedaan mencoloknya, Helmi tengah berada di posisi yang sangat baik dan dimuliakan. Tapi, ia justru tetap istiqomah menjadi insan yang tercerahkan, dan terus bertekad menyempurnakan penitian maqom-maqom spiritualnya.
Jauh sebelum Helmi mendapat kemuliaan dan surga yang didapatnya sekarang, ia pun pernah digempur persoalan-persoalan di lingkungannya. Kerja keras yang lebih dari 15 tahun, untaian prestasi yang ditorehkannya bertahun-tahun, sempat mengantarkannya ke “pos pembuangan”. Meski begitu, ia menjalaninya dengan kesabaran nan tiada tara, seraya mensyukuri apa-apa yang didapatnya. Berpasrah diri atas apa-apa yang didapat. Bahkan, dalam keterasingan dan ketiadaberdayaannya itu, ia justru menghasilkan ide-ide brilian. Pada akhirnya, hal itu pun menjelamakan kemuliaan.
Melengkapi perjalanan bersabar dan bersyukur yang telah dirintisnya, ia pun makin istiqomah bertawakal. Segala prilaku dan sikapnya merupakan cerminan akhlak yang senantiasa berpasrah atas segala keputusanNya. Bahkan, dengan posisinya yang telah mapan, ia pun berupaya terus menghijaukan sekelilingnya dengan iman dan tauhid. Serta mengembangkan dengan sepenuh hati amanah sabda Baginda Rasulallah saw, untuk terus berwasiat tentang kebenaran dan kesabaran.
Dengan tangan kecilnya, Helmi berharap terjadi perubahan pula di lingkungan kerjanya. Sehingga, lingkungan kerja itu bakal menjadi lebih sejuk dan menetramkan. Ia bukan hanya menikmati kenyamanan Islam sebagai kendaraan untuk menapaki jalan lurus. Tapi, ia justru makin melarutkan diri dengan kedalaman ajaran Islam itu sendiri, untuk menjangkau surga yang sebenar-benarnya. Surga di dunia dan akhirat.
Karena itu saya berani memastikan, ia adalah sufi dengan jubah modernitasnya. Ia tidak memancang janggut panjang, memasang sorban sebagai penutup kepala, dan pakaian-pakaian gamis. Tapi, kesufian ditunjukkannya dengan akhlak yang mulia. Perilaku dan sikap nan senantiasa menyejukkan sekelilingnya dan, semoga juga, menyejukkan pandangan Yang Mahamelihat.


http//arifin-demak.com

Jumat, 03 Februari 2012

Menarik Rambut Dalam Tepung


  • 3 februari 2012
  • Seorang Guru Sufi mengatakan, “Selesaikan segala masalah dengan bijaksana, ibarat menarik rambut dalam tepung, rambut di tarik namuan tepung tidak retak”. Perumpamaan sederhana namun mengandung makna yang dalam dan kita seringkali melupakan hal-hal yang sederhana.
  • Setiap manusia pasti mengalami masalah baik besar maupun kecil sebagai sesuatu yang wajar dan sempurna dialami oleh setiap orang. Kita tidak membicarakan masalah yang setiap hari datang, namun kita membicarakan bagaimana menyelesaikan setiap masalah yang kita hadapi dengan cara bijaksana. Tidak mungkin masalah bisa diselesaikan dalam keadaan emosi tidak stabil. Ada sebuah nasehat bijaksana, “Jangan pernah mengambil keputusan disaat anda sedang marah”. Kenapa? Karena keputusan yang keluar pada saat marah atau emosi tidak stabil biasanya cenderung tidak bijaksana dan menimbulkan penyesalan di kemudian hari.
  • Ketika seorang suami misalnya marah dengan istri maka dengan mudah dia mengucapkan kata “Cerai” begitu juga istri dalam keadaan marah tanpa berfikir panjang dengan mudah pula ingin meninggalkan suaminya. Saya mengambil contoh  suami atau istri karena memang dalam kehidupan rumah tangga seringkali kita mengalami pertengkaran. Orang yang mudah membuat kita tersinggung adalah orang yang dekat dengan kita dan orang yang kita cintai. Cerai adalah perbuatan yang halal tapi dimurkai Tuhan artiya kalau kita bercerai berarti tanpa sadar membuka pintu untuk dimurkai oleh Tuhan.
  • Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan, itulah prinsip yang harus kita pegang dalam hidup sehingga ketika kita mengalami masalah maka yang kita lakukan bukan lari dari masalah akan tetapi dengan bijaksana dan dengan kepala dingin berusaha menyelesaikan masalah.
  • Cara Menyelesaikan masalaha ada 3 yaitu : Dengan Otot, dengan Otak dan dengan Rohani.
  • Menyelesaikan masalah dengan Otot artinya anda menyesaikan masalah secara fisik dengan segala kemampuan anda dan kemampuan fisik manusia itu terbatas. Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan fisik karenanya dibutuhkan penyelesaian cara berikutnya yaitu dengan memakai otak atau kemampuan berfikir. Perpaduan antara kemampuan fisik dan otak ini membuat setiap masalah bisa diselesaikan dengan baik dan bijaksana.
  • Disamping menyelesaikan masalah dengan kemampuan fisik dan fikiran kita, atau lagi kekuatan yang sangat dahsyat diluar kemampuan fisik dan kemampuan fikiran yaitu Menyelesaikan Masalah secara Rohani lewat doa, zikir dan mujanat kepada Allah SWT. Menyerahkan sepenuhnya segala ikhtiar (usaha) kepada Allah SWT dan selalu berpandangan baik terhadap Allah SWT. Mukjizat Para Nabi dan Karomah Para Wali yang terjadi diluar kemampuan fisik dan fikiran manusia itu adalah berkat kedekatan mereka dengan Allah, berkat munajat’ doa dan zikir mereka yang istiqamah.
  • Saya, anda dan kita semua seringkali mengalami keajaiban dalam hidup berupa hal-hal yang terjadi diluar kemampuan fikiran kita baik berupa karunia rizki ataupun selesainya masalah yang kita alami dengan cara diluar dugaan kita. Orang yang selalu pasrah dan tawakal kepada Tuhan akan mengalami banyak keajaiban dalam hidupnya sesuai janji Allah dalam Al Qur’an “Dan barang siapa ber Tawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya”.
  • Ketika masalah yang datang kepada anda begitu besar dan anda merasa tidak sanggup untuk menyelesaikannya, berarti Tuhan sedang membuka pintu kepada anda untuk berserah diri pada-Nya menyelesaikan persoalan anda dengan cara terakhir yaitu dengan cara Rohani.
  • Setiap masalah yang datang tidak lain membuat kita menjadi lebih kuat dan tangguh, menjadi kita lebih dewasa dan bijaksana. Maka selesaikan setiap masalah anda dengan tiga cara, Otot, Otak dan Rohani dan menyelesaikannya ibarat “Menarik Rambut Dalam Tepung, rambut berhasil ditarik sementara tepung tidak retak. Menyelesaikan masalah dengan cara bijaksana sehingga tidak menimbulkan masalah baru.

MURSYID


MURSYID

Dalam setiap aktivitas rintangan itu akan selalu ada. Hal ini dikarenakan Tuhan menciptakan syetan tidak lain hanya untuk menggoda dan menghalangi setiap aktivitas manusia. Tidak hanya terhadap aktivitas yang mengarah kepada kebaikan, bahkan terhadap aktivitas yang sudah jelas mengarah menuju kejahatan pun, syetan masih juga ingin lebih menyesatkan.
Pada dasarnya kita diciptakan oleh Tuhan hanya untuk beribadah dan mencari ridla dari-Nya. Karena itu kita harus berusaha untuk berjalan sesuai dengan kehendak atau syari’at yang telah ditentukan. Hanya saja keberadaan syetan yang selalu memusuhi kita, membuat pengertian dan pelaksanaan kita terkadang tidak sesuai dengan kebenaran.
Dengan demikian, kebutuhan kita untuk mencari seorang pembimbing merupakan hal yang essensial. Karena dengan bimbingan orang tersebut, kita harapkan akan bisa menetralisir setiap perbuatan yang mengarah kepada kesesatan sehingga bisa mengantar kita pada tujuan.
Thariqah
Thariqah adalah jalan. Maksudnya, salah satu jalan menuju ridla Allah atau salah satu jalan menuju wushul (sampai pada Tuhan). Dalam istilah lain orang sering juga menyebutnya dengan ilmu haqiqat. Jadi, thariqah merupakan sebuah aliran ajaran dalam pendekatan terhadap Tuhan. Rutinitas yang ditekankan dalam ajaran ini adalah memperbanyak dzikir terhadap Allah.
Dalam thariqat, kebanyakan orang yang terjun ke sana adalah orang-orang yang bisa dibilang sudah mencapai usia tua. Itu dikarenakan tuntutan atau pelajaran yang disampaikan adalah pengetahuan pokok atau inti yang berkaitan langsung dengan Tuhan dan aktifitas hati yang tidak banyak membutuhkan pengembangan analisa. Hal ini sesuai dengan keadaan seorang yang sudah berusia tua yang biasanya kurang ada respon dalam pengembangan analisa. Meskipun demikian, tidak berarti thariqah hanya boleh dijalankan oleh orang-orang tua saja.
Lewat thariqah ini orang berharap bisa selalu mendapat ridla dari Allah, atau bahkan bisa sampai derajat wushul. Meskipun sebenarnya thariqah bukanlah jalan satu-satunya.
Wushul
Wushul adalah derajat tertinggi atau tujuan utama dalam ber-thariqah. Untuk mencapai derajat wushul (sampai pada Tuhan), orang bisa mencoba lewat bermacam-macam jalan. Jadi, orang bisa sampai ke derajat tersebut tidak hanya lewat satu jalan. Hanya saja kebanyakan orang menganggap thariqah adalah satu-satunya jalan atau bahkan jalan pintas menuju wushul.
Seperti halnya thariqah, ibadah lain juga bisa mengantar sampai ke derajat wushul. Ada dua ibadah yang syetan sangat sungguh-sungguh dalam usaha menggagalkan atau menggoda, yaitu shalat dan dzikir. Hal ini dikarenakan shalat dan dzikir merupkan dua ibadah yang besar kemungkinannya bisa diharapkan akan membawa keselamatan atau bahkan mencapai derajat wushul. Sehingga didalam shalat dan dzikir orang akan merasakan kesulitan untuk dapat selalu mengingat Tuhan.
Dalam sebuah cerita, Imam Hanafi didatangi seorang yang sedang kehilangan barang. Oleh Imam Hanafi orang tersebut disuruh shalat sepanjang malam sehingga akan menemukan barangnya. Namun ketika baru setengah malam menjalankan shalat, syetan mengingatkan/mengembalikan barangnya yang hilang sambil membisikkan agar tidak melanjutkan shalatnya. Namun oleh Imam Hanafi orang tersebut tetap disuruh untuk melanjutkan shalatnya.
Seperti halnya shalat, dzikir adalah salah satu ibadah yang untuk mencapai hasil maksimal harus melewati jalur yang penuh godaan syetan. Dzikir dalam ilmu haqiqat atau thariqat, adalah mengingat atau menghadirkan Tuhan dalam hati. Sementara Tuhan adalah dzat yang tidak bisa diindera dan juga tiak ada yang menyerupai. Sehingga tidak boleh bagi kita untuk membayangkan keberadaan Tuhan dengan disamakan sesuatu. Maka dalam hal ini besar kemungkinan kita terpengaruh dan tergoda oleh syetan, mengingat kita adalah orang yang awam dalam bidang ini (ilmu haqiqat) dan masih jauh dari standar.
Karena itu, untuk selalu bisa berjalan sesuai ajaran agama, menjaga kebenaran maupun terhindar dari kesalahan pengertian, kita harus mempunyai seorang guru. Karena tanpa seorang guru, syetanlah yang akan membimbing kita. Yang paling dikhawatirkan adalah kesalahan yang berdampak pada aqidah.
Mursyid
Mursyid adalah seorang guru pembimbing dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat. Mengingat pembahasan dalam ilmu haqiqat atau ilmu thariqat adalah tentang Tuhan yang merupakan dzat yang tidak bisa diindera, dan rutinitas thariqah adalah dzikir yang sangat dibenci syetan. Maka untuk menjaga kebenaran, kita perlu bimbingan seorang mursyid untuk mengarahkannya. Sebab penerapan Asma’ Allah atau pelaksanaan dzikir yang tidak sesuai bisa membahayakan secara ruhani maupun mental, baik terhadap pribadi yang bersangkutan maupun terhadap masyarakat sekitar. Bahkan bisa dikhawatirkan salah dalam beraqidah.
Seorang mursyid inilah yang akan membimbing kita untuk mengarahkannya pada bentuk pelaksanaan yang benar. Hanya saja bentuk ajaran dari masing-masing mursyid yang disampaikan pada kita berbeda-beda, tergantung aliran thariqah-nya. Namun pada dasarnya pelajaran dan tujuan yang diajarkannya adalah sama, yaitu al-wushul ila-Allah.
Melihat begitu pentingnya peranan mursyid, maka tidak diragukan lagi tinggi derajat maupun kemampuan dan pengetahuan yang telah dicapai oleh mursyid tersebut. Karena ketika seorang mursyid memberi jalan keluar kepada muridnya dalam menghadapi kemungkinan godaan syetan, berarti beliau telah lolos dari perangkap syetan. Dan ketika beliau membina muridnya untuk mencapai derajat wushul, berarti beliau telah mencapai derajat tersebut. Paling tidak, seorang mursyid adalah orang yang tidak diragukan lagi kemampuan maupuan pengetahuannya.

SURAT UNTUK SAHABAT


  • Surat Untuk Sahabat
  • 3 FEBRUARI 2012
  • Sahabatku…
  • Saat aku tulis surat ini suasana hatiku sudah sedikit lega karena masalah-masalah yang selama ini menimpaku pelan-pelan telah diselesaikan dengan baik dan bijaksana oleh Tuhan Yang Maha Baik. Masalah ini bisa selesai tidak terlepas dari doa yang selalu engkau panjatkan kepada Tuhan dan aku sangat yakin engkau selalu memberikan doa untukku, aku minta atau tidak pasti engkau mendoakanku karena engkau adalah sahabatku dan aku selalu merasakan getaran doa yang engkau kirimkan dari dulu sampai sekarang.

  • Sahabatku…
  • Bulan lalu yang penuh berkah telah kita lewati dengan suka cita dan kita telah merayakan hari kelahiran Guru kita terkasih dengan begitu gembiranya. Aku masih ingat nasehat dari seseorang yang telah berpulang kehadirat Tuhan, bahwa kita sebagai murid dan sebagai hamba Tuhan dalam setahun akan mengalami 2 kali “Hisab” atau perhitungan yaitu di bulan kelahiran Guru dan bulan Muharram. Kebetulan untuk tahun ini jarak keduanya sangat berdekatan maka senang atau tidak senang kita mengalami “Hisab” dalam waktu yang berdekatan berarti kita akan mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan dalam waktu yang bersamaan.
  • Sahabatku…
  • Aku sangat bahagia karena engkau menjadikan aku sebagai sahabat tempat berbagi suka dan duka melewati segala macam tantangan hidup bersama dan selalu memberikan kepercayaan penuh kepadaku terhadap semua rahasia-rahasia hidupmu yang tidak ingin diketahui orang banyak.

  • Sahabatku…
  • Satu hal yang membuat aku sedih karena aku tidak menyangka selama ini ada seseorang yang menikamku dari belakang, menempatkan aku ke tepi jurang yang dalam dan tentu saja dia menyiapkan kedua tangan untuk bertepuk dengan gembira ketika aku jatuh. Sedih bukan karena fitnah yang menimpaku akan tetapi sedih karena aku tidak menyangka orang yang selama ini sudah aku anggap sebagai sahabat ternyata orang itu pula yang ingin mendorongku ke jurang yang dalam.
  • Dia bukanlah sahabat, kalau dia seorang sahabat andai ada kesalahan yang aku lakukan tentu dia akan memberikan nasehat kepadaku bukan menebarkan fitnah kepada orang lain yang justru membuka peluang bagi banyak untuk melakukan dosa.
  • Dia bukanlah sahabat, kalau dia sahabat maka dia akan bertanya kepadaku terhadap apa yang tidak dia senangi atau terhadap apa yang menurut dia keliru, bukan malah membisikkan berita buruk kepada semua yang membuka peluang kepada banyak orang untuk menjadi “pembunuh berdarah dingin” atau memfitnah.
  • Walaupun demikian, aku tidak pernah menyimpan dendam kepada siapapun karena aku sudah tidak bisa lagi dendam kepada siapapun karena sejak 7 tahun lalu rasa dendam itu sudah dihapus oleh Tuhan Yang Maha Mulia berkat doa syafaat dari Guru kita. Sejak 7 tahun lalu yang aku punya hanyalah rasa cinta dan rindu kepada Guru kita. Yang aku punya hanyalah keinginan untuk bisa terus menyenangkan kekasih Allah, memberikan pelayanan terbaik agar Beliau selalu bisa tersenyum dan bangga dengan murid-muridnya.

  • Sahabatku…
  • Orang itu bukanlah dirimu dan aku selalu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Adil agar selalu menjadikan kita sebagai sahabat dalam menegakkan kalimah Allah yang Maha Suci dan Maha Agung ini. Jika suatu saat aku berbuat salah apakah sengaja atau tidak, aku ingin sekali engkau menegurku layaknya seorang Guru menegur muridnya, aku ingin engkau memberikanku nasehat-nasehat sehingga aku tetap lurus berjalan di jaln-Nya.

  • Sahabatku…
  • Guru kita pernah berkata, “Kalau takut di hempas ombak jangan membuat rumah di tepi pantai”. Nasehat ini sangat tepat di alamatkan untuk kita. Resiko dalam menyampaikan kebenaran itu sedemikian besar. Serangan yang datang dari luar dan dalam tidak bisa kita hindari. Kalau kita bisa menghindari ombak besar maka percikan air yang membasahi baju tidak mungkin ter-elakkan. Menghadapi setan diluar diri sangat mudah namun menghadapi setan dalam diri sangat sulit dan terkadang yang lebih lebih sulit lagi menghadapi Malaikat yang sudah dipengaruhi oleh setan.

  • Sahabatku…
  • Nasehat Guru kita yang paling aku ingat adalah, “Jangan kau menjelekkan saudaramu, belum tentu engkau lebih baik dari dia”. Nasehat itulah yang terus berbekas dalam diri ini yang membuat aku berusaha sekuat tenaga agar tidak menjelekkan siapapun apalagi saudara sendiri.
  • Menjelekkan orang lain atau bergunjing sama dengan memberikan amal kita secara Cuma-Cuma kepada dia dan mengambil dosa dia dengan mentah-mentah untuk kita bersihkan lagi. Dosa sendiri sudah demikian menggunung untuk apa mengambil beban lain diluar kemampuan kita.

  • Sahabatku…
  • Banyak pelajaran yang aku ambil dari kejadian ini, paling tidak Tuhan telah memperlihatkan kepadaku mana emas mana batu, mana sahabat asli dan mana sahabat palsu.

  • Sahabatku…
  • Dalam setiap dzikir dan munajat kepada Ilahi, dalam setiap kesendirian aku selalu mengantarkan doa dengan linangan air mata khusus untukmu agar engkau menjadi kuat, tabah dan berani untuk terus mengibarkan panji Kebesaran Ilahi keseluruh pelosok Negeri.
  • Dipundakmu masa depan Nilai-nilai kebenaran ini berada dan kami semua dengan bangga berbaris rapi dibelakangmu memberikan dukungan penuh agar engkau terus berjalan, berjalan dan berjalan sampai mencapai kemenangan Sejati.
  • Sahabat, Satu hal yang sudah lama ingin aku sampaikan bahwa Guru kita sangat bangga denganmu walaupun kebanggaan itu tidak secara langsung diperlihatkan, mungkin agar engkau tidak terlena dan terus waspada dalam perjalanan ini.

  • Sahabatku…
  • Akhir surat ini, aku mohon agar sudi kiranya engkau mendoakan aku agar tetap kuat dan tabah dalam perjalanan ini, bisa menyelesaikan setiap masalah dengan baik dan bisa menjadi sahabat yang membuat dirimu menjadi bangga. Aku ingin menjadi kulit yang membungkus dagingmu agar engkau selalu nyaman terlindungi. Jika dalam perjalanan panjang ini engkau merasa letih dan lemah, izinkan aku merawatmu sampai engkau bisa melanjutkan perjalanan.
  • Semoga Tuhan Yang Maha Adil akan selalu mengikat hati kita berdua dalam tali persahabatan abadi dunia akhirat, Amin Ya Rabbal Alamin

  • Sahabat Setiamu
  • http//arifin-demak.com

DO'AKU

DO’A KU


TUHAN…
Ampuni dosa-dosa yang terkadang aku tidak tahu kalau itu dosa…
Tuntun dan bimbinglah aku ke jalanMU yang lurus ini,
Bimbinglah diri yang lemah ini agar tetap lurus dalam BERGURU
Serta tuntun juga orang-orang yang selalu besertaku dalam membesarkan namaMU
Terima kasih atas semua karunia yang ENGKAU berikan hingga usiaku yang ke 384 bulan

TUHAN…
Jangan ENGKAU berikan kekayaan yang membuat aku sombong
Jangan ENGKAU berikan kemulyaan yang membuat aku lalai
Jangan ENGKAU berikan kekuatan yang membuat aku angkuh
Jangan ENGKAU berikan kesenangan yang membuat aku lupa
Jangan ENGKAU berikan kenikmatan yang membuat aku kufur
Jangan ENGKAU berikan tahta yang membuat aku terpedaya
Jangan ENGKAU berikan pahala yang membuat aku tidak ihklas.

TUHAN…
Andai ENGKAU berkenan…
Berikan aku semua dengan kasih dan sayang MU
Hingga aku semakin tahu diri dan mensyukuri segala yang ENGKAU berikan…

TUHAN…
Berikan daku sahabat-sahabat yang selalu setia dalam menggapaiMU
Yang tangguh dan tabah dalam segala kesulitan
Yang tidak menjauh bila diberi kesenangan, tidak mengeluh bila diberi cobaan
Berilah saudara-saudaraku karunia yang membuat mereka selalu bersyukur kepadaMu,
Janganlah kami ENGKAU pecah belah
Janganlah kepada kami ENGKAU titipkan dendam kesumat, iri dengki dan sifat-sifat tercela,
Tapi titipkanlah di hati kami sifat saling menyayangi dan mencintai sesama…
Hari ini dan untuk selamanya

TUHAN....
Mohon berikan kami umur panjang dan bisa meraeh impian kami,cita cita kami,kalaulah kami di kasih umur pendek mohon jagakan GURU kami,orang tua kami
saudara ssaudara kami kampung kami negara kami dan duni ini

 
TUHAN…
Perkenankanlah doa hamba ini….


 2 februari 2012

http//arifin demak.com